Rabu, 18 Agustus 2010

c'est la vie


kita tak bisa memilih....
kita dilahirkan dimana,oleh siapa,kapan dan dimana. kita menyebutnya sebagai takdir,garis kehidupan.bahwasanya manusia hanya dapat melakukan segala atas kehendakNya..
saya tak pernah berfikir sebelumnya akan ada disini.hari ini..dan melewati segalanya hingga detik ini..sebuah perjalanan panjang dalam hidup..rangkaian kehidupan..
kalau ada yang bilang hidup itu sebuah pilihan..mungkin benar tapi bukan seperti soal multiple choice seperti dalam ujian..tentang pembenaran dan hal simple..pilihan disini adalah tentang bagaimana pilihan yang akhirnya kita putuskan adalah hal yang menimbulkan sebab dan akibat..kita harus siap menerima apapun resiko dalam pilihan hidup kita..
saya tidak pernah berfikir sebelumnya untuk merancang hukum sebab akibat yang terjadi dalam hidup saya,,,saya hanya mengalami sebuah degradasi dimana dihadapkan dalam suatu pilihan,,,dan pilihan hidup saya membawa saya untuk ada disini..dalam keadaan ini..
ini semua pilihan,,dan saya harus siap dengan segala konsekuensi,,dan saya selalu bersyukur..bisa ada disini,,bersama orang yang Tuhan siapkan untuk saya,saya yakin Tuhan lebih tau mana yang terbaik untuk saya,hidup saya,,dan semua yang ada dihadapan saya : kehidupan baru,dengan problem kecil yang terkadang membuat saya hanya bisa menghela nafas,,Tuhan memberikan saya media yang jauh lebih besar untuk kedewasaan,,termasuk kesabaran dan rasa pengertian untuk saya yang ber-ego dan keras kepala...mengajarkan saya banyak hal..:hidup adalah untuk disyukuri...
Tuhan telah bermurah hati..
karnanya saya tak henti bersyukur,,dapat membuka mata tiap pagi dan menikmati kehidupan saya yang serba baru.and it's wonderfull...
sesuatu yang tidak pernah bisa saya bayangkan sebelumnya..ada disini..
melewati rangkaian kehidupan saya dalam space yang lebih luas..
thx god...

Sabtu, 07 Agustus 2010

catatan utuk sikecil

Beberapa hari lagi sebelum kehadiranmu, atau bahkan beberapa jam? Aku tak persis tahu. Banyak yang ingin kuucapkan, tapi sepertinya kaulah yang sudah tahu. Sekian lama kita bernapas bersama, bergerak bersama, merasa bersama. Kau begitu dekat bahkan bersatu dengan tubuhku, tapi tetap saja, di sini aku menanti kehadiranmu.

Perjalananmu kelak hanyalah dari perutku menuju dekapanku. Namun itulah perjalanan yang akan mengubah kita berdua. Mengubah dunia.

Saat kau tiba, aku tak lagi menjadi manusia yang sama. Dan kau juga akan melihat dunia yang berbeda. Selapis kulit saja tabir yang membatasi kita, tapi sungguh berkuasa.

Perjalananmu, kata kau dulu, adalah perjalanan yang akan mengingatkan mereka yang lupa. Termasuk aku. Keterpisahan adalah ilusi. Dunia jasad dan dunia roh, dunia materi dan dunia energi; hanyalah dua sisi dari koin yang sama. Hidup tak pernah berakhir mati. Hidup hanya berganti wujud. Dan sepanjang perjalanan bernama hidup, kau dan aku, kita semua, hanya berjalan menembusi satu tabir itu saja. Membolak-balik koin yang sama. Menyeberangi selapis kulit dan daging sebagaimana yang membatasi kita kini.

Kau datang, dengan segala kegenapanmu. Kau datang, bahkan sudah dengan nama. Kau datang, dengan segala pelajaran dan kebijaksanaan. Namun kau juga akan sejenak lupa, katamu dulu. Sama seperti kita semua yang dibuat lupa saat menyeberangi tabir itu. Tolong ingatkan aku, pintamu. Aku memilihmu karena kita pernah sama-sama berjanji pada satu sama lain, lanjutmu lagi. Saat kita berdua masih sama-sama ingat. Saat kita berdua masih sama-sama di sisi lain dari koin ini.

Entah bagaimana aku harus mencintaimu. Kau lebih seperti guru sekaligus sahabat. Waktu kau tiba dalam bentuk mungil dan rapuh nanti, biarlah alam yang mengajarkanku untuk mencintaimu lagi dari nol. Seolah kita tak pernah bertemu sebelumnya, seolah kita tak pernah bercakap-cakap bagai dua manusia dewasa, karena dalam bahasa jiwa semua “seolah” yang kusebut barusan tiada guna. Waktu, usia, dan perbedaan jasad kita, lagi-lagi hanyalah hadiah dari sisi koin di mana kita sekarang tinggal. Hadiah yang harus direngkuh dan diterima.

Sembilan bulan aku tengah mengandungmu. Aku ingin bilang, mereka salah. Kamulah yang mengandungku. Seorang ibu yang mengandung anak di rahimnya sesungguhnya sedang berada dalam rahim yang lebih besar lagi. Dalam rahim itu, sang ibu dibentuk dan ditempa. Embrio kecil itu mengemudikan hati, tubuh, dan hidupnya.

Terima kasih telah mengandungku; menempatkanku di mana aku belajar ulang untuk mengapung bersama hidup, untuk berserah dan menerima apa pun yang kau persembahkan. Kini dan nanti. Manis, pahit, sakit, senang, kau ajari aku untuk berenang bersama itu semua, sebagaimana kau tengah berenang dalam tubuhku dan merasakan apa yang kurasa, mengecap apa yang kumakan, menghirup udara yang kuendus—tanpa bisa pilih-pilih. Kau terima semua yang kupersembahkan bagimu.

Terima kasih untuk perjalanan ini. Untuk pilihanmu datang melalui aku. Untuk pilihanmu hadir di tengah keluarga mungil ini. Untuk proses yang tak selalu mudah tapi selalu indah.

Aku tak sabar untuk mengenalmu lagi. Lagi dan lagi....